Oleh : Lani’ah
(Mahasiswa Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Jenderal Soedirman)
Sumber daya alam, seolah tidak ada habisnya membuat kita takjub akan pesona potensinya. Rasanya sudah menjadi hal yang wajar, apabila kita akan langsung teringat pada hutan, lautan, minyak bumi, gas alam, batu bara, emas atau mineral lainnya ketika membicarakan mengenai potensi sumber daya alam negeri kita tercinta ini.
Indonesia dengan sumber daya alam yang luar biasa, hingga pernah muncul istilah bahwa “Indonesia layaknya kepingan surga yang jatuh ke dunia”.
Bentang alam, keindahan alam dan juga udara yang bebas kita nikmati saat ini merupakan bagian dari potensi sumber daya alam.
Ketiga hal tersebut merupakan sumber daya alam yang memiliki sifat tersedia secara berkelanjutan (continuous atau flow resources), namun keadaannya akan terpengaruh oleh tindakan manusia.
Apabila manusia menjaga, mengelola dan melestarikannya dengan baik, maka sudah pasti keadaannya pun akan baik. Dan sebaliknya, jika manusia lali dalam penjagaannya, maka sumber daya alam jenis ini pun akan menurun kualitasnya.
Sudah sangat sering kita jumpai, bahwa perpaduan antara bentang alam, keindahan alam, udara yang sejuk serta daya kreatifitas manusia yang memegang teguh kearifan lokal, ternyata dapat menghasilkan potensi baru yaitu potensi ekonomi.
Terlebih di musim pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 1,5 tahun seperti sekarang, rasanya menikmati alam sembari ngobrol dengan sanak saudara atau pun sahabat terdekat dapat menjadi pelipur rindu akan kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
Potensi ekonomi yang timbul pada saat pandemi begini, salah satunya terekspresikan dalam bentuk resto bernuansa alam.
Bentang alam yang menarik dan menyajikan kesan keindahan tertentu, udara yang sejuk, dan balutan konsep hasil cipta karsa manusia yang mengelolanya menjadikan banyaknya resto bernuansa alam yang hadir di musim pandemi namun dengan cepat merebut hati pelanggannya.
Resto-resto bernuansa alam ini bahkan semakin ramai, seiring turunnya aturan pemerintah terkait dengan pembatasan.
Kuliner yang merupakan kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, kearifan lokal sebagai elemen penting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produknya, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen (Lazuardi dan Mochamad 2015).
Pilihan kuliner yang dihadirkan oleh sebuah resto, akan sangat mempengaruhi citra resto tersebut di mata pelanggannya.
Sementara bentang alam berupa aliran air sungai yang mengalir di tepian resto, hamparan pemandangan alam di lereng pegunungan, atau pun juga hamparan sawah yang mulai menguning padinya merupakan pesona bentang alam yang menambah nilai bagi resto tersebut, yang tidak terlepas dari kualitas kulinernya.
Tiga resto yang ada di kawasan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas ini mungkin dapat menjadi segelintir contoh dari banyaknya resto bernuansa alam yang muncul selama pandemi ini.
Satu, *Warung Kluthuk,* yang menyajikan kuliner khas desa semacam sayur asem, lodeh, sambel trasi, tumis pakis, tumis gandul, aneka olahan ikan dan ayam serta sate telur, usus dan ati. Pilihan minumannya pun beragam, dan tentu saja ada menu mendoan khas desa yang disajikan bersama cabe rawit yang mak nyus. Pilihan mengambil sendiri (prasmanan) atau pesan melalui menu yang telah disediakan pun menjadi daya Tarik tersendiri.
Tak berhenti sampai di situ, bangunan resto yang menimbulkan nuansa ‘rumah mbah’ dengan perabot kayu, banyaknya tanaman hias, ada kolam ikan dan juga pemandangan hamparan sawah di depannya serta pemandangan Gunung Slamet yang terlihat dengan jelas pun menambah daya Tarik resto ini. “Nekat buka pas pandemic, Alhamdulillah mulai rame” kata Owner Warung Kluthuk saat ditanya kapan berdirinya.
Dua, *Penak Mawon* , resto yang menyajikan kuliner dengan berbagai style ini terletak tidak jauh dari resto sebelumnya. Mengambil lokasi mepet di pinggir sungai Banjaran, ternyata memang pilihan yang tepat dan mampu menarik banyak sekali pengunjung di tiap harinya. Anak muda dapat berkumpul bersama dengan nyaman di bangunan resto dengan konsep semi outdoor, sembari memesan makanan atau kopi kekinian.
Pengunjung yang datang ramai sekeluarga, juga dapat memesan makanan yang sesuai dengan seleranya masing-masing, dari es krim sampai nasi goreng, sembari sesekali berfoto dengan latar sungai.
Ada juga jalan yang telah dipersiapkan oleh pengelola resto, agar pengunjung dapat dengan nyaman bermain air di sungai dengan aman dan nyaman. Jadi sembari menikmati kuliner, sembari menikmati indahnya sungai sekalian sembari refreshing.
Tiga, *Kali Banjaran* . Resto yang terletak hanya sekitar 200m dari Penak Mawon atau sekitar 1 Km dari Warung Kluthuk ini mengambil tempat di lokasi yang cukup tinggi dan dekat dengan jalan.
Bangunan resto yang menghadap ke arah kota Purwokerto, menyajikan pemandangan kota yang luar biasa indah. Pengunjung pun dapat memilih ingin menikmati kuliner sembari duduk di pondok-pondok kecil yang sudah disediakan, atau di meja kursi yang ada di sisi selatannya.
Makanan yang ditawarkan beragam, memenuhi selera anggota keluarga dari yang anak muda hingga orang tua. Udara sejuk juga sangat terasa di resto ini.
Ketiga resto di atas, ialah segelintir dari resto yang memulai usahanya di saat pandemic, dengan tetap mengupayakan protocol kesehatan dan kualitas kuliner, serta menampilkan pesona bentang alam di sekitarnya dengan cara yang bijak.
Dan akhirnya sekali lagi kita pahami, bahwa pesona sumber daya alam yang tak ada habisnya ini, ternyata juga mampu menghasilkan peluang ekonomi di musim pandemic ketika dikelola oleh tangan-tangan yang tepat.
Semoga kita selalu ingat untuk selalu menjaga apa yang ada di sekitar kita dengan baik, karena kunci pengelolaan sumber daya alam ada di tangan manusia-manusia yang berada di sekitarnya @