BINews || Jabar – Karawang,- Belum teratasinya permasalahan longsor kali kalapa yang diakibatkan oleh banjir yang melanda Desa Wadas, masih terus bergulir. Bahkan saat ini semakin banyak warga menjadi korban atas fenomena tersebut, walaupun normalisasi kali kalapa sudah dilakukan oleh Pemerintah dengan mengajak konsorsium, sehingga Rabu malam ini (22/9/2021) belasan warga Dusun Karaba mendatangi kediaman H. Junaedi selaku Kepala Desa Wadas, Kecamatan Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang. Kamis, 23 September 2021.
Aspirasi belasan warga Dusun Karaba tersebut disampaikan oleh Yayan Haryanto tokoh masyarakat Dusun Karaba, kepada H.Junaedi bahwa saat ini sudah banyak rumah warga dan fasilitas umum lainnya yang rusak.
Korban terdampak longsor di Desa Wadas ;
Sanoto,
Toto,
Joko Nugroho,
Arif Nurteja,
Hendi,
Arif Suherman,
Asep,
Widyo,
Fatur,
Adapun Fasilitas Umum (Fasum) yang rusak, diantaranya ;
Bangunan Posyandu,
Tungku pembakaran sampah,
Jembatan akses RT 05 dan RT 06 RW 09,
Jalan RT 09 RW 09,
Jalan RT 04 RW 09,
Jembatan Utama Perum Karaba,
SMA Islam Terpadu Mentari Ilmu,
Pos Ronda,
Warung Sayur milik warga, dan
Dinding Mushola Al Jihad, dan bangunan lainnya.
Untuk itu, Yayan Haryanto menegaskan bahwa tuntutannya yang pertama adalah tidak hanya fokus kepada Normalisasi, karena Normalisasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah bukan merupakan solusi bagi warga yang ada di hilir.
Namun menurutnya saat ini warga menuntut ganti rugi bangunan milik warga dan Fasilitas umum lainnya agar diprioritaskan oleh Pemerintah.
Selain itu dikatakan juga oleh Yayan Haryanto bahwa warga juga meminta tanggung jawab yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang.
Adapun maksud dan tujuan warga mendatangi rumah Kepala Desa, tidak lain untuk meminta pak Kades agar memfasilitasi aspirasi mereka tersebut, karena warga sudah terlalu merasa jenuh dengan janji – janji dari Pemerintah yang katanya akan memberikan solusi bagi masyarakat Desa Wadas, khususnya warga Dusun Karaba.
“Kami berjanji akan membawa masyarakat lebih banyak lagi, jika apa yang kami suarakan ini tidak didengar oleh Pemerintah,” Tegasnya.
Masih ditempat dan waktu yang sama, H. Jujun sapaan akrab Kades yang sudah menjabat selama 3 periode tersebut merasa kaget atas kedatangan belasan warganya. Pasalnya, tidak ada konfirmasi sebelumnya. Dikatakannya, “Memang beberapa hari terakhir ini, ada diantara mereka yang sudah melakukan komunikasi melalui telephone, mendesak saya untuk dapat memfasilitasi penuntasan dampak Kali Kalapa yang sudah menyebabkan longsor,”
Kendati begitu, dirinya tidak menyalahkan langkah warganya, “Saya sikapi dengan baik dan bijak saja. Sangat wajar, itu merupakan klimaks serta titik kulminasi dari kejengahan mereka yang sudah lama terdampak. Apa yang disampaikan kepada saya selaku Kades merupakan suatu kekhawatiran, sebab dibulan ini sudah mulai ada hujan,”
“Mereka trauma dengan kejadian terdahulu, dan tidak menginginkan terulang kembali dimusim hujan akhir Tahun mendatang. Jika sebelumnya hanya mengalami kerugian materi, kedepan masyarakat saya juga mengkhawatirkan adanya dampak yang mengancam keselamatan jiwa,” Tegas Jujun.
“Bagaimana Kalau longsor terjadi dimalam hari, pada saat masyarakat saya sedang terlelap tidur. Tentu sangat membahayakan! Dalam hal ini, saya juga sebagai Kades, tidak tinggal diam. Tapi apa lah daya, upaya saya hanya mampu mendorong Pemkab untuk melakukan normalisasi dihulu sungai saja,” Sesalnya.
“Sedangkan permasalahan di Dusun Karaba tidak cukup pada normalisasi saja, melainkan perlu dibuatkannya turap, bronjong atau Tembok Penahan Tanah (TPT) untuk menghindari terjadinya kembali longsor ditanggul Kali Kalapa,” Ungkap Jujun.
Selain itu, ia juga menambahkan, “Sebenarnya untuk fasilitas umum seperti jembatan Karaba juga kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Dampak dari longsornya tanggul, jembatan Karaba yang merupakan akses satu – satunya sudah dalam kondisi menggantung. Sehingga kami perlu melakukan langkah antisipasi dengan memasang tali, agar tidak dilewati oleh kendaraan dengan tonase tinggi,”
“Setelah saya perhatikan, kalau hanya sebatas dilakukan normalisasi, debit dan arus air dari hulu ke hilir itu tinggi. Tentunya sangat berpengaruh terhadap kondisi tanggul, semakin tinggi debit dan arus air, bisa dipastikan akan mempengaruhi kontur tanah pada tanggul. Hari kemarin saja, ada warga yang melaporkan, bahwa baru ada hujan sedikit saja, sudah terjadi kembali pergerakan tanah,” Pungkasnya. (riandi & rekan)