BINews || Jabar – Karawang,- Bencana banjir di Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat disebabkan intensitas hujan tinggi yang membuat aliran Sungai Citarum dan Cibe’et meluap. Bencana banjir di Karawang tahun ini sedikitnya telah menenggelamkan 24 desa dan 12 kecamatan dari jumlah 30 kecamatan yang ada.
Bahkan bencana banjir di Karawang tahun 2021 ini disebut-sebut sebagai bencana banjir terparah, mengulang bencana banjir pada tahun 2010 silam.
Disinggung mengenai bencana banjir terparah ini, Plh Bupati Karawang, Acep Jamhuri menegaskan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintahan Cellica-Jimmy yang tidak bisa mengantisipasi bencana banjir yang setiap tahunnya terjadi.
Menurut Acep Jamhuri, bencana banjir di Karawang tahun ini murni karena faktor intensitas curah hujan tinggi yang terjadi sejak 6 Pebruari hingga terakhir 19 Pebruari 2021. Hujan merata yang terjadi di sejumlah daerah seperti Karawang, Bekadi, Purwakarta, Subang, Bandung hingga Cianjur, akhirnya membuat aliran Sungai Citarum dan Sungai Cibe’et meluap ke daratan.
“Gak ada, gak ada kaitannya dengan RPJMD Cellica-Jimmy. Banjir sekarang itu karena curah hujan tinggi mulai tangggal 6 Pebruari. Hanya satu dua hari sempat reda. Kemudian intensitas hujan kembali tinggi hingga terakhir sejak 19 Pebruari,” tutur Acep Jamhuri, saat mengawali pernyataanya kepada awak media, Senin (22/2/2021).
Kembali dijelaskan Plh Bupati, banjir di Karawang khususnya di wilayah Kecamatan Cikampek dan sekitarnya juga terjadi akibat kiriman air di wilayah Kawasan BIC Purwakarta yang mengalir ke Situ Kamojing. Kemudian, ada luapan air Sungai Cilamaya akibat kiriman air dari Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta.
Sehingga menurutnya, solusi penanganan banjir di Karawang harus tersistematis dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Yaitu dimana pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten/kota harus duduk bersama mencari solusi yang tersistematis dan terintegrasi.
“Misal air Citarum itu kan alirannya dari Situ Cisanti, kemudian Waduk Saguling, Waduk Cirata dan lebih besar lagi Waduk Jatiluhur, kemudian digelontorkan ke Walahar. Jadi pengelolaanya harus terintegrasi,” paparnya.
“Kemudian Sungai Cibe’et di atasnya tidak ada waduk. Belum lagi kemarin ada suplai air akibat perubahan tata ruang di wilayah timur Cibe’et. Akhirnya Kali Cicangor Tamanmekar dan Cikereteg ikut banjir,” katanya.
“Belum lagi perubahan tata ruang di Bekasi. Sehingga air yang mengalir ke Cibe’et bertemu dengan air Sungai Citarum. Sehingga terjadilah luapan air yang sangat luar biasa yang melimpas ke daratan,” beber Plh Bupati.
Kembali ditegaskan Acep Jamhuri, solusi penanggulangan banjir di Karawang harus dilakukan di wilayah hulu. Sehingga akan menjadi percuma jika harus dibangun bendungan baru di wilayah Karawang.
“Membuat bendungan di Karawang akan menjadi percuma. Bendungan tetap harus dibangun di daerah hulu. Kecuali nanti bendungan di wilayah Cikaranggelam (Cikampek). Karena di Cikaranggelam harus ada sodetan. Kemudian dilakukan nornalisasi di Situ Kamojing. Sebelum di Situ Kamojing harus ada situ di sekitar BIC,” papar Acep Jamhuri.
“Untuk di Sungai Cilamaya, di wilayah Purwakarta harus ada embung, membuat folder tempat menyimpan atau menampung air untuk sementara waktu, sebelum mengalir ke Sungai Cilamaya,” timpalnya.
Ditambahkan Acep Jamhuri, persoalan dan solusi penanganan banjir ini sudah dijelaskannya kepada Kepala BNPB dan Menko Bidang PMK saat kesempatan memantau situasi banjir di Wilayah Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat pada Minggu (21/2/2021) kemarin.
“Kemarin kita sudah ekpose ke Kepala BNPB, bahwa persoalan banjir di Karawang dan sekitarnya itu karena persoalan di hulu (aliran air di hulu) dan persoalan di hilir, yaitu dimana aliran air semakin mengecil. Aliran yang ke Tanjungpakis akhirnya di bagi dua aliran, ke Muaragembong dan akhirnya jebol di Pebayuran. Jadi solusinya harus tersistematis dan terintegrasi. Hulu diperbaiki dan hilir dinornalisasi,” bebernya.
Artinya, sambung Acep Jamhuru, persoalan banjir ini tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah daerah. Karena terkadang kondisi Karawang tidak hujan pun juga sering terjadi banjir akibat kiriman air dari hulu.
“Contoh di Cikaranggelam terkadang gak hujan gak apa, tapi tetep banjir karena ada kiriman air dari Purwakarta. Inilah yang saya maksud harus ada solusi yang tersistematis dan terintegrasi,” pungkasnya. (red)