BINews || Jabar – Karawang,– Masih ingat cerita tentang Ahmad Mono, warga Kelurahan Parteker, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan yang ditemukan terlantar di kuburan oleh FIRUL TV atau sebutannya MAULANA HABIB di Medan Sumatera Utara. yang tayang perdana di chanel youtube FIRUL TV pada 18 Juli 2020 https://youtu.be/qyxv4hmvXZw dengan judul “merantau tahun 1980 belum pulang hingga sakit dan tidur di kuburan sungguh sedih…”?
Saat awak media menghubungi FIRUL TV atau biasa disebut MAULANA HABIB menceritakan: 40 tahuan lalu saat masih remaja Ahmad Mono yang masih berumuh sekitar 22 tahun pergi ke Medan untuk bekerja dan mencari peruntungan demi merubah nasib agar lebih baik. Remaja ini berangkat bersama temannya dengan tujuan berdagang, berbekal kemampuannya membuat gantungan kunci yang juga pernah bekerja semerawutan. Sabtu, 20 November 2020.
Setelah 40 tahun lamanya, justru kondisinya nasibnya sangat miris. keberadaannya ditemukan oleh MAULANA HABIB (CREATOR YUOTUBE FIRUL TV) di Medan. ketika berjumpa pertama kali di kuburan daerah Padang Bulan. selama 5 bulan pak Ahmad Mono di tempat kan oleh maulana habib di rumah singgah peduli ODGJ kitra bersama di Jalan Seksama Gang Pribadi 2 yang di milikinya.
Kepada relawan yang menemukannya Pak Mono mengaku berasal dari Madura. Hingga akhirnya alamatnya diketahui asal Kabupaten Pamekasan berkat MAULANA HABIB
(CREATOR YUOTUBE FIRUL TV)
Kini ia dipulangkan oleh MAULANA HABIB ( FIRUL TV). berkat kerjasama antara relawan kemanusiaan dari Medan dan Pamekasan Pak Mono akhirnya bisa kembali bertemu dengan Ibunya dan saudara-saudaranya.
Kepulangan Pak Mono didampingi langsung oleh MAULANA HABIB ( FIRUL TV) dari Medan. Terbang dari Medan ke Jakarta, dilanjutkan ke Surabaya dan dijemput oleh warga Pamekasaan.
Ada keharuan dibalik pertemuan Pak Mono dengan keluarganya ini. Pertemuan dilakukan di kantor Kelurahan Parteker di mana keluarga besar sudah berkumpul menyambut kedatangannya. Warga setempat, Camat Pamekasan serta Lurah Parteker juga ikut mengambut kedatangannya. Tangis haru pecah saat Pak Mono turun dari mobil relawan yang membawanya. Pelukan, air mata, kebahagian bercampur dalam momen tersebut.
Warga mengatakan, wajar keharuan itu terjadi karena memang Pak Mono sudah sangat lama terpisah dengan keluarganya. “Ada Ibunya, saudaranya, keponakannya, dan keluarga besarnya semua berkumpul,” katanya. Sabtu (14/11/) siang.
Dikatakan warga , Subaidah, Ibu dari Ahmad Mono selalu meyakini jika anaknya masih hidup, meskipun beberapa tahun lalu sudah digelar tahlilan dan setiap tahun digelar haul untuk Mono yang dianggap telah meninggal.
“Ketika ada yang bilang Pak Mono ini meninggal, Ibunya selalu bilang, enggak anak saya masih hidup. Mungkin ini naluri seorang ibu dan Alhamdulillah sekarang masih hidup,” urainya.
Keharuan tidak hanya dirasakan oleh keluarga Pak Mono, bahkan seluruh warga yang menyaksikan momen tersebut juga meneteskan air mata, tak terkecuali para relawan, Camat Kota dan Lurah Parteker.
(Riandi & Rekan)