BINEWS || Sumbar, Limapuluhkota, Lahan sengketa sebidang tanah yang menimbulkan kerusuhan dan meresahkan warga setempat, tepatnya di kampuang Lokuang, jorong(RT) Lokuang kenagarian(kelurahan) Kototinggi kecamatan Gunuang Omeh, kab Limapuluh kota, Sumbar, pada hari kamis siang (22/10/20)
Polemik ini bermula ketika pihak ahliwaris yang ber inisial (IM 61Thn) beserta keluarga pulang dari perantauan kekampung halaman nya yang dikarnakan tingginya dampak Corona Virus (Covid-19) di ibukota.
Selama lahan tersebut ditinggal pergi keperantauan oleh sipemilik (IM) beserta keluarga, tau-taunya tanpa sepengetahuan pemilik(ahliwaris) lahan tersebut telah digarap oleh salah seorang yang berinisial (IN 65Thn) yang kebetulan posisi lahan nya (IN) bersebelahan dengan kebunnya (IM)
Dikarnakan seringnya terjadi cek-cok, maka pada tanggal (8/10/20)kedua belah pihak telah melakukan mediasi dan dihadiri oleh dua orang kepala kaum(ketua suku) yaitu Dt.Bosa Panjang (37Thn) dan DT.Rajolelo (37Th)beserta kedua belah pihak yang bersengketa, tapi sayangnya mediasi tersebut belum mendapatkan hasil yang maksimal.
Syaf sood(57Thn) yang mewakili pihak keluarga (IN) mengatakan “keluarga dari (IM) bisa berkebun dilahan tersebut semenjak (almr)ibu orang tua (IM) menikah dengan (almr) bapaknya (IM)”Ujarnya.
Dan Wardi(58Thn) selaku perwakilan dari pihak keluarga (IM) mengungkapkan ” jauh sebelum kedua (almr) orangtua (IM) ini menikah lahan tersebut juga sudah digarap dan di kelola oleh nenek dari keturunan (IM)” Ungkapnya.
Berdasarkan keterangan dari saksi-saksi atau sesepuh (87) yang masih ada di kampung tersebut, jauh sebelum Indonesia merdeka lahan tersebut juga sudah di kelola oleh nenek (IM)
Dengan kurang puasnya hasil mediasi tersebut sehingga pada hari rabu (21/10/20) pihak keluarga (IN) menebangi tanaman yang ada di lahan tersebut, berikut pada hari kamis siang (22/10/20) pihak keluarga (IN) menyerang anggota keluarga (IM)
Sampai saat sekarang belum ada solusi dan tindak lanjut terkait kasus ini, pihak keluarga (IM) berharap agar pihak berwenang bertindak sesegra mungkin karena merasa tidak nyaman selalu berada di dalam ancaman.
Lap. Kaperwil Sumbar : Hendrianto